Pasar properti di Cina dilanda krisis. Hal ini diyakini akan berimbas pada potensi kerugian yang dialami bank-bank di Cina yang menyalurkan kredit untuk aset properti senilai US$ 350 miliar.
Seperti dikutip dari Bloomberg, potensi kerugian tersebut mengacu pada skenario terburuk jika kepercayaan masyarakat terhadap pasar properti jatuh dan negara tidak berjuang untuk menahan gejolak yang semakin dalam.
"Krisis proyek properti yang macet telah merusak kepercayaan ratusan ribu pembeli rumah, memicu boikot hipotek di lebih dari 90 kota dan peringatan akan risiko sistemik yang lebih luas," bunyi laporan itu, dikutip Senin (1/8).
Hal ini berpotensi akan merembet ke sistem perbankan nasional yang saat ini total asetnya mencapai US$ 56 triliun. Dalam skenario terburuk, S&P Global Ratings memperkirakan bahwa 2,4 triliun yuan ($356 miliar), atau 6,4% hipotek, berada dalam risiko.
Advertisement
Sementara itu, Deutsche Bank AG memperingatkan bahwa setidaknya 7% pinjaman rumah dalam bahaya. Sejauh ini, bank-bank yang terdaftar telah melaporkan hanya 2,1 miliar yuan dalam hipotek tunggakan yang terkena dampak langsung dari boikot.
“Bank terjebak di tengah. Jika mereka tidak membantu pengembang menyelesaikan proyek, mereka akan kehilangan lebih banyak lagi," ungkap Zhiwu Chen, profesor keuangan di University of Hong Kong Business School.
Di sisi lain, jika mereka melakukannya, hal ini memang akan membuat pemerintah senang. "Tetapi mereka menambah eksposur mereka ke proyek-proyek real estat yang tertunda.”
Sebagaimana diketahui, Beijing saat ini menempatkan stabilitas keuangan dan sosial sebagai prioritas utama setelah terguncang oleh hambatan dari pertumbuhan ekonomi yang melambat, gangguan Covid-19, dan rekor pengangguran kaum muda yang tinggi.
Upaya yang telah dipertimbangkan sejauh ini termasuk masa tenggang pembayaran hipotek dan dana yang didukung bank sentral untuk memberikan dukungan keuangan kepada pengembang.
Saat ini, eksposur bank-bank China ke sektor properti berada di atas industri lainnya. Ada 39 triliun yuan hipotek yang beredar dan 13 triliun yuan pinjaman lainnya kepada pengembang pada akhir Maret, menurut data dari People's Bank of China.
"Pasar real estat adalah fondasi utama untuk stabilitas keuangan di China," ungkap direktur pelaksana Teneo Holdings Gabriel Wildau, dalam sebuah catatan bulan ini.
Ketika pihak berwenang bergerak untuk mengendalikan risiko, pemberi pinjaman dengan eksposur tinggi dapat berada di bawah pengawasan yang lebih besar.
Hipotek menyumbang sekitar 34% dari total pinjaman di Postal Savings Bank of China Co. dan China Construction Bank Corp. pada akhir tahun 2021, di atas batas peraturan 32,5% untuk bank terbesar.
Sekitar 7% dari pinjaman hipotek yang beredar dapat terkena dampak jika risiko gagal bayar (default) menyebar, menurut analis Deutsche Bank Lucia Kwong.
Di sisi lain, S&P Global memperkirakan penjualan rumah bisa turun sebanyak 33% tahun ini di tengah boikot hipotek, yang semakin menekan likuiditas pengembang yang tertekan dan menyebabkan lebih banyak default. Sekitar 28 dari 100 pengembang teratas berdasarkan penjualan telah gagal membayar obligasi atau menegosiasikan perpanjangan utang dengan kreditur selama setahun terakhir.
from "pasar" - Google Berita https://ift.tt/y7h8U4G
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar