Search This Blog

Jumat, 12 Agustus 2022

Tanda-tanda Harga Pertalite Bakal Naik - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia --

Sinyal pemerintah bakal menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pertalite kian kuat. Tanda-tanda itu pun mulai diperlihatkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan para pembantunya.

Terbaru, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan kemungkinan kenaikan harga pertalite terbuka mengingat harga minyak dunia sekarang ini cukup tinggi.

Per Jumat ini saja misalnya, harga minyak mentah jenis Brent naik US$2,20, atau 2,3 persen menjadi US$99,60 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik US$2,41, atau 2,6 persen menjadi US$94,34 per barel.

1. Harga Minyak Dunia Melambung

Bahlil menyebut harga minyak mentah saat ini jauh di atas asumsi APBN 2022 yang hanya US$63 hingga US$70 per barel.

"Sekarang harga minyak dunia rata-rata dari Januari sampai Juli US$105 per barel. Hari ini kalau US$100 per barel subsidi kita itu bisa mencapai Rp500 triliun. Tetapi kalau harga minyak per barel di US$105 kemudian dengan asumsi kurs dollar APBN rata-rata Rp14.750 dan kuota kita dari 23 juta kilo liter menjadi 29 juta maka terjadi penambahan subsidi," katanya dalam konferensi pers Jumat (12/8).

Bahlil mengatakan pemerintah masih menghitung semua kemungkinan terkait jebolnya kuota subsidi BBM itu. Hasil perhitungan sementara menunjukkan, anggaran yang dibutuhkan untuk subsidi BBM mencapai Rp500 triliun sampai dengan Rp600 triliun.

Ia menambahkan kalau ini terjadi APBN lama-lama akan bermasalah. Pasalnya anggaran Rp500 triliun hingga Rp600 triliun mencapai 25 persen dari total APBN.

"Jadi tolong teman-teman sampaikan juga kepada rakyat rasa-rasanya sih untuk menahan terus harga BBM seperti sekarang, feeling saya (tidak kuat). Ini tidak sehat. Mohon pengertian baiknya. (Jadi) harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," katanya.

2. Subsidi Terancam Jebol

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan subsidi energi berpotensi tembus Rp1.000 triliun tahun ini.

Arifin mengungkapkan proyeksi itu dihitung dengan skenario terburuk jika harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) mencapai US$200 per barel.

Terakhir, Kementerian ESDM menetapkan ICP turun US$10,89 dari US$117,62 per barel menjadi US$106,73 per barel pada Juli 2022.

"Kalau worst case bisa jadi US$200 per barel. Kalau jadi US$200 per barel, kalikan saja sekian triliun (subsidi energi saat ini) kali dua saja. Gampang-gampangnya begitu," ujar Arifin.

Jika mengikuti skenario Kementerian ESDM dengan asumsi ICP bakal tembus US$200 per barel, maka subsidi energi berpotensi bengkak mencapai lebih dari Rp1.000 triliun.

Potensi pembengkakan itu juga ternyata disadari betul oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. Ia menyebut pemerintah saat ini tengah menghitung ulang kebijakan subsidi BBM.

Rencana itu pun muncul terkait subsidi yang selama ini masih banyak 'dimakan' orang kaya.

"Apakah subsidi yang sekarang diberikan pemerintah sudah tepat sasaran? Apakah kita harus menutup mata memberikan subsidi kepada yang mampu, sedangkan rakyat yang mayoritas memerlukan subsidi lebih, ini yang sedang dicarikan jalan oleh pemerintah, menkeu, menteri ESDM," katanya.

Selain itu, evaluasi kebijakan subsidi BBM juga dilakukan terkait perkembangan harga minyak dunia belakangan ini.

"Khususnya harga BBM, pemerintah sudah memberikan subsidi sampai Rp520 triliun, itu untuk BBM dan listrik. Saya rasa tidak banyak negara seperti itu. Tapi saya lihat harganya tidak turun turun, makanya ini jadi pemikiran," imbuh Erick.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Berat Tahan Harga BBM

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Adblock test (Why?)



from "harga" - Google Berita https://ift.tt/pn7Gg3t
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALLATTIIN Nagaa eegdonni UN 'atattamaan' Kibba Libaanos keessaa akka bahan Netaaniyaahuun dhaaman - BBC.com

[unable to retrieve full-text content] KALLATTIIN Nagaa eegdonni UN 'atattamaan' Kibba Libaanos keessaa akka bahan Netaaniyaahuun dh...