Search This Blog

Selasa, 15 November 2022

Industri Migas RI Terancam Kekurangan Alat Bor Kala Harga Minyak Naik - detikFinance

Jakarta -

Industri hulu migas nasional terancam bakal kekurangan rig alias alat untuk ngebor sumur. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Fatar Yani.

Fatar Yani mengatakan saat ini sedang terjadi peningkatan jumlah pengeboran secara besar-besaran di Indonesia. Dia menyatakan setidaknya target pengeboran untuk tahun ini bisa mencapai 800-900 sumur.

"Rig ini memang kebetulan kita ini kan mulai meningkatkan jumlah pengeboran. Sekarang di tahun ini mungkin kurang lebih 800 lah, paling tidak 900. Saking banyaknya akhirnya rignya yang nggak ada itu," ujar Fatar Yani dalam konferensi pers jelang International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022, di Penang Bistro, Jakarta Pusat, Selasa (15/11/2022).

Di sisi lain, tren harga minyak dunia yang sedang tinggi-tingginya membuat rig makin langka. Untuk impor rig pun jadi sulit, karena banyak negara pun memperbanyak aktivitas pengeborannya.

"Belum lagi di luar itu ketika harga minyak naik, aktivitas hulu migas naik juga. Demand juga tinggi di luar terutama rig-rig yang di laut. Itu habis kepakai semua, occupied dan itu investasinya besar," ujar Fatar Yani.

Koordinasi dengan Pengusaha

Lebih lanjut Fatar Yani bilang pihaknya sudah berkoordinasi dengan pengusaha rig di Indonesia. Menurutnya, para pengusaha meminta kepastian pembeli untuk melakukan produksi besar-besaran.

Dia mengatakan setidaknya untuk 5 tahun ke depan upaya pengeboran besar-besaran masih akan dilakukan di Indonesia.

"Kita sudah ngomong sama pengusaha rig, buat mereka yang penting adalah bagaimana outlook 10 tahun ke depan. Berapa jumlah sumur, saya akan invest. Outlook saya kasih minimal 5 tahun lah supaya mereka ada return-nya jadi akan siapkan untuk itu," ungkap Fatar Yani.

Di sisi lain, masalah juga muncul di sisi ketenagakerjaannya. Tidak mudah menurutnya mencari orang yang bisa mengoperasikan rig. "Tantangan lain kalau ada rig baru, krunya juga harus cari yang berpengalaman. Ini juga tantangan," kata Fatar Yani.

Industri Migas Belum Mati

Fatar Yani juga menegaskan investasi hulu minyak dan gas di tanah air dinilai belum habis. Menurutnya Fatar Yani belum ada kata 'sunset' atau senja di industri migas nasional meskipun transisi energi dilakukan.

Indonesia menurutnya masih memiliki target lifting minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari (BPH) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada Tahun 2030. Untuk mengejar target lifting migas tersebut dibutuhkan upaya kuat untuk meningkatkan iklim investasi migas di Indonesia.

"Bisnis hulu migas ini belum sunset, justru beberapa tahun ke depan ini sunrise," ujar Fatar Yani.

Fatar Yani mengatakan setidaknya butuh investasi senilai US$ 160 miliar atau sekitar Rp 2.480 triliun (kurs Rp 15.500) selama 10 tahun mendatang.

"Setidaknya perlu investasi hulu migas hingga US$160 miliar dalam kurun waktu 10 tahun mendatang hingga 2030," kata Fatar Yani.

(hal/das)

Adblock test (Why?)



from "alat" - Google Berita https://ift.tt/IsweRfK
via IFTTT

from Cara Muncara https://ift.tt/yg83cwR
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KALLATTIIN Nagaa eegdonni UN 'atattamaan' Kibba Libaanos keessaa akka bahan Netaaniyaahuun dhaaman - BBC.com

[unable to retrieve full-text content] KALLATTIIN Nagaa eegdonni UN 'atattamaan' Kibba Libaanos keessaa akka bahan Netaaniyaahuun dh...