Search This Blog

Minggu, 21 Mei 2023

Harga Telur Ayam di Pasar Tradisional Tasikmalaya Mulai Naik, Harga dari Peternak Rp 30 Ribu/Kg - Tribun Jabar

TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Harga telur ayam di pasar tradisional Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, terus merangkak naik.

Melalui pantauan TribunPriangan.com melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional milik Bank Indonesia (BI), harga telur berada di angka Rp.30.500 per kilogram pada Jumat (12/5/2023) lalu.

Sedangkan pada Jumat (19/5/2023), harga telur sudah berada di angka Rp.32.000 per kilogram.

Di samping itu, harga telur dari peternak ayam petelur sudah mencapai Rp.30.000 per kilogram.

“Sebelumnya, harga telur stabil di harga Rp.25.000 per kilogram. Sekarang, harga Rp.30.000 per kilogram dan sudah hampir dua minggu ini,” ungkap Nandang Suryana selaku peternak ayam petelur di Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat kepada TribunPriangan.com pada Minggu (21/5/2023).

Tambahnya, ia menilai bahwa bukan hanya harga telur saja yang mengalami kenaikan, melainkan juga semua hasil produksi pertanian.

“Sekarang, harga-harga (yang naik) bukan hanya telur saja ya, semua hasil produksi pertanian. (Kenaikan harga) ini diserahkan kepada mekanisme pasar, sehingga yang berlaku hukum dagang. Hukum dagang itu ‘kan, manakala permintaan banyak, (tetapi) barang kurang, otomatis harga naik,” terang Nandang.

Nandang yang memiliki 3.000 ekor ayam petelur di peternakannya, hanya mampu menghasilkan 180 kilogram telur per harinya.

“(Saat ini), memang permintaan telur cukup besar, bahkan sekarang ‘kan masih sebagian besar disupply dari Kota Blitar, Jawa Timur. Justru, akibat harga naik itu (diakibatkan) permintaan banyak. Malahan, saya masih kekurangan (untuk memenuhi permintaan tersebut),” lengkapnya.

Nandang menilai, bahwa jika Pemerintah ingin mengendalikan harga pasar, khususnya harga pasar di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, memberikan subsidi kepada peternak ayam petelur adalah solusinya.

“Sebaiknya, kalau Pemerintah ada kebijakan atau ada keberpihakan kepada petani dan kepada masyarakat supaya harga tetap stabil, cukup ya dengan cara subsidi pakan, bibit ayamnya, obat-obatnya, tenaga kerjanya, termasuk juga ongkos angkutnya dan sebagainyalah. Jadi, pemerintah yang menentukan harga (di pasaran), bukan diserahkan kepada mekanisme pasar,” usulnya.

Subsidi yang dimaksud, lanjut Nandang, bisa dilakukan dengan dua cara, yakni subsidi di awal dan subsidi di akhir.

“Subsidi di awal ya speerti itu tadi. Nah, kalau subsidi di akhir, misal, hitung barang-barangnya, cost harga telur per kilo itu berapa? Subsidi oleh pemerintah, apakah itu mau 10 persen atau 20%,” jelasnya.

Nandang juga mengungkapkan, bahwa setiap kali ada gejolak harga di pasar, khususnya pada saat kenaikan harga, beberapa pihak seperti Bank Indonesia (BI) dan Dinas Pertanian kerap turun langsung.

“Yang turun untuk menanyakan itu, ya dari BI, Satgas, dari Dinas Pertanian, itu turun, tapi untuk hari ini tidak ada. Hanya saja, percuma turun juga kalau hanya mengecek harga (tapi) tidak ngasih solusi, untuk apa? Terkadang, kalau misalkan petani rugi, (pihak-pihak tersebut) tidak pernah turun ke peternak,” pungkasnya. (Laporan Jurnalis TribunPriangan, Aldi M Perdana)

Adblock test (Why?)



from "pasar" - Google Berita https://ift.tt/GEUYX6I
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apun Bahan Scheme Assam 2024: Eligibility, Required Documents and Application Process - PM Scheme Hub

[unable to retrieve full-text content] Apun Bahan Scheme Assam 2024: Eligibility, Required Documents and Application Process    PM Scheme Hub