Bisnis.com, JAKARTA –– Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa tekanan di pasar keuangan domestik mulai mereda. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah yang kembali menguat, penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN), dan tren masuk aliran modal asing di dalam negeri.
“Jadi memang kondisi global di pasar keuangan dan pasar surat berharga tekanannya terasa sekali di September dan Oktober lalu, tapi sekarang relatif agak mereda dan ini terlihat dari capital inflow dan dari sisi yield SBN yang terkoreksi lagi, dan apresiasi rupiah yang tetap bisa terjadi meskipun dalam posisi di bawah 2%,” katanya, dikutip Minggu (26/11/2023).
Secara year-to-date (ytd), nilai tukar rupiah per 22 November 2023 tercatat mengalami apresiasi 1,88% terhadap dolar AS.
Tekanan terhadap nilai tukar mata uang kata Sri Mulyani juga terjadi di banyak negara, terutama disebabkan oleh indeks dolar AS yang mengalami penguatan akibat dari kenaikan suku bunga the Fed yang cukup drastis.
Kenaikan suku bunga yang tinggi di AS pun memicu aliran modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Indonesia dalam hal ini cukup beruntung karena capital masih inflow atau total net ytd kita masih positif terutama untuk pembelian SBN,” jelasnya.
Sri Mulyani mengatakan, hingga 22 November 2023 tercatat terjadi capital inflow sebesar Rp45,01 triliun secara ytd di pasar keuangan domestik.
Pasar SBN pun mulai menunjukkan tren positif di tengah kondisi pasar keuangan yang masih volatile, tercermin dari inflow sebesar Rp12,69 triliun pada November 2023, setelah mengalami outflow pada periode Juli hingga Oktober.
Secara ytd, Kemenkeu mencatat terjadi capital inflow di pasar SBN sebesar Rp60,88 triliun. Sementara pada periode yang sama, di pasar saham terjadi outflow sebesar Rp15,87 triliun.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, tingkat imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun mengalami penurunan, dari 7,09% pada 31 Oktober 2023 menjadi 6,64% pada 22 November 2023.
“Kalau kita lihat dengan flow yang masih tetap terjaga, maka yield SBN kita dalam bentuk rupiah sekarang menguat lagi, atau dalam hal ini menurun dibandingkan tekanan yang terjadi pada akhir September dan Oktober,” jelasnya.
Meski demikian, Sri Mulyani mengingatkan bahwa dinamika atau ketidakpastian global yang terus berlangsung masih harus tetap diwaspadai ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
from "pasar" - Google Berita https://ift.tt/40MRLu2
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar