Search This Blog

Kamis, 06 April 2023

Dukun pengganda uang Tohari alias Mbah Slamet habisi 12 korban, bagaimana agar kasus serupa tidak terulang? - BBC News Indonesia

Tersangka Tohari (45) alias Mbah Slamet di lokasi penemuan mayat di Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah

Sumber gambar, KOMPAS.COM

Sosiolog dari Universitas Indonesia, Imam Prasodjo, menilai kepolisian harus lebih cepat mendeteksi praktik-praktik kejahatan berkedok penggandaan uang untuk mencegah kasus 'dukun di Banjarnegara' terulang di masa mendatang.

Sebab, fenomena mistis atau klenik di Indonesia "relatif tebal" dan butuh "waktu yang panjang" untuk mendidik masyarakat agar berpikir rasional sehingga tidak mudah tertipu.

Sementara, kriminolog dari Universitas Indonesia, Josias Simon, mengatakan model kejahatan berlatar 'budaya' cukup banyak terjadi. Para pelaku biasanya menggunakan pola yang sama.

Adapun Kapolres Banjarnegara, Hendri Yulianto, mengimbau masyarakat agar berhati-hati dan jangan gampang percaya dengan janji orang atau pihak yang mengeklaim bisa menggandakan uang dengan cara instan.

'Pola dan menarget korban yang sama'

Kriminolog dari Universitas Indonesia, Josias Simon, mengatakan penipuan mengatasnamakan penggandaan uang mempunyai pola sejenis.

Yakni mengaku diri sebagai kyai, mbah, atau eyang yang 'menggunakan ilmu pesugihan putih' untuk membantu menggandakan modal usaha ataupun membantu yang sedang terlilit utang/keterpukuran ekonomi.

Untuk meyakinkan calon korban, pelaku biasanya menambahkan foto uang bergepok-gepok ditambah testimoni keberhasilan uang gaib tersebut.

Cara itu dipakai untuk memanipulasi korban agar terlihat berhasil dan akhirnya banyak yang tertarik.

Bagi orang-orang yang sedang terlilit utang atau ingin dapat uang dengan mudah, metode itu menggiurkan.

Di media sosial, kata Josias, iklan-iklan penggandaan uang berseliweran.

Kasus penipuan dan pembunuhan oleh 'dukun' yang bisa menggandakan uang sudah berulang kali terungkap.

  • Dukun Asep di Cianjur mengumbar bisa menggandakan uang. Pada tahun 2007 dia divonis mati oleh Pengadilan Negeri Rangkasbitung karena telah menghabisi nyawa delapan korbannya.
  • Dukun IS di Magelang juga mengklaim bisa menyembuhkan hinggga melipatgandakan uang. Pelaku melakukan aksinya pada tahun 2020 dan membunuh empat korbannya dengan memberikan minuman yang dicampur racun.
  • Abah Yanto di Gresik mengaku bisa menggandakan uang dengan ritual darah untuk sesajen.
  • Aki Wowon menjanjikan kekayaan dengan cepat. Korban Wowon mayoritas TKI di luar negeri dan saat mereka menagih janji itu justru dibunuh dengan cara diberi minuman beracun.

Mengapa banyak orang percaya?

Sosiolog dari Universitas Indonesia, Imam Prasodjo, menyebut ada beberapa hal mengapa masih ada orang yang percaya pada 'dukun' pengganda uang, meskipun secara rasional hal itu tidak mungkin.

Pertama, karena kepercayaan masyarakat Indonesia pada dunia supranatural masih tebal.

Kedua, adanya perilaku yang ingin cepat berhasil atau kaya dengan jalan pintas. Mereka ini, kata dia, gampang dimanfaatkan oleh orang-orang yang mengaku dirinya sebagai 'orang pintar' - tak peduli apa latar belakang mereka.

Ketiga, rasionalitas masyarakat Indonesia tidak berkembang sehingga kerap terjebak penipuan.

"Jadi [fenomena dukun pengganda uang] ini menggambarkan perpaduan dunia mistis yang masih relati tebal dan desakan konsumerisme yang bergitu memborbardir sehingga orang jadi pragmatis, kepengen cari jalan pintas," imbuh Imam Prasodjo kepada BBC News Indonesia, Rabu (05/04).

Lokasi pembunuhan korban Tohari di lahan perkebunan milik pelaku di Desa Balun.

Menurut dia, satu-satunya jalan untuk mencegah berulangnya kasus serupa terjadi lagi di masa mendatang dengan gerak cepat polisi mengendus praktik-praktik penipuan tersebut agar tidak merajalela.

Sebab butuh waktu untuk mendidik masyarakat agar lebih rasional pada ilmu klenik.

"Kalau menyasar masyarakat yang gampang percaya [dukun], harus ada strategi khusus seperti pemetaan dan edukasi."

"Tapi pelaku yang mengaku dukun ini, harus ditertibkan supaya tidak jatuh korban. Kalau mulai ada praktik-praktik yang terindikasi penipuan ditertibkan, ditangkap."

Berapa korban tewas terkait dukun Tohari atau Mbah Slamet?

Kepolisian sedang membuka posko pengaduan orang hilang untuk melacak identitas sebagian korban Tohari alias Mbah Slamet atau dukun pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Sejauh ini polisi menemukan 12 jenazah yang dikubur di kebun milik Slamet di Desa Balun.

Tiga di antaranya telah teridentifikasi, namun sembilan lainnya sulit diidentifikasi lantaran hanya menyisakan tulang belulang.

Dugaan polisi, jasad-jasad itu sudah terpendam kira-kira enam bulan.

"Kita buat posko pengaduan masyarakat untuk data antemortem bagi yang merasa kehilangan keluarga," kata Kapolda Jawa Tengah, Ahmad Lutfhi di Mapolda Jateng, Rabu (05/04).

Para korban, sambung dia, berusia antara 25 sampai 50 tahun. Hasil identifikasi sementara tidak ditemukan adanya tanda kekerasan.

Di dalam liang mayat korban ditemukan botol air mineral. Berdasarkan pengakuan pelaku, mereka tewas setelah diberi racun potasium. Tapi untuk memastikan, polisi akan memeriksa di labfor.

"Di masing-masing liang ada botol. Pengakuan dari tersangka dia kasih potas," ujar Ahmad Lutfhi.

Baca juga:

Keluarga korban: 'Tetap saja dia berangkat karena mungkin terjerat utang'

Salah satu keluarga korban, Ahmad Hidayat, meyakini kakak kandungnya bernama Mulyadi yang hilang sejak 2021 menjadi salah satu korban Tohari alias Mbah Slamet.

Ia yang merekam kegiatan penggalian di Desa Balun berkata, pada Oktober 2021 kakaknya berangkat dari Palembang ke Jawa untuk menemui pelaku.

Akan tetapi seminggu kemudian, Mulyadi hilang.

"Saat sampai di sini [Desa Balum], dia WhatsApp saya, share lokasi. Setelah seminggu tidak ada kabar dan hilang sampai sekarang. Yang pasti dia pamit sama keluarga akan ke Jawa dan bertemu Tohari," jelasnya kepada wartawan Lilik Darmawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Selasa (04/04).

Hidayat melanjutkan, kakaknya kenal dengan Tohari dari orang lain yang menawarkan janji bisa menggandakan uang.

Mendengar hal itu, keluarganya sudah mengingatkan agar tidak mudah percaya dan melarangnya untuk menemui Tohari.

"Keluarga sudah ingatkan supaya jangan ke sini. Jangan percaya sama hal-hal begitu. Mustahil."

"Tapi tetap saja dia berangkat karena mungkin terjerat utang," imbuh Hidayat.

Proses penguburan massal korban Tohari.

Kepergian pertama Mulyadi menemui Tohari, sambungnya, dilakukan sembari membawa uang. Kendati ia tak tahu pasti jumlahnya.

Keberangkatan kedua berlangsung pada Oktober 2021. Dia berangkat sendirian membawa mobil dan pamit kepada keluarga untuk bertemu pelaku.

Soal hilangnya Mulyadi, sudah dilaporkan ke polsek setempat. Ia bahkan pernah menemui langsung Tohari bersama polisi dan pengacara. Tapi Tohari terus mengelak.

Kini keluarga hanya ingin pelaku dihukum setimpal.

"Dihukum seumur hidup atau hukuman mati. Karena sudah banyak korban."

Kapolres Banjarnegara, Hendri Yulianto, tidak menampik jika Mulyadi merupakan salah satu korban Tohari. Sebab berdasarkan pengakuan pelaku, korbannya berasal dari berbagai daerah seperti Palembang, Tasikmalaya, Jakarta, Yogyakarta, dan Lampung.

Bagaimana kasus ini terungkap?

Pembunuhan berantai yang dilakukan Tohari atau Mbah Slamet terungkap setelah adanya laporan dari keluarga korban bernama Paryanto.

Keluarga Paryanto melaporkan Tohari ke Polres Banjarnegara pada 27 Maret lalu berdasarkan pesan singkat atau WhatsApp yang dikirim korban kepada anaknya di Sukabumi berinisial SL.

Di pesan itu korban menuliskan, "Ini rumah Pak Slamet, buat jaga-jaga kalau umur ayah pendek. Misal ayah tidak ada kabar sampai hari Minggu langsung saja ke lokasi bersama aparat."

Pada 20 Maret, Paryanto diketahui berangkat ke Banjarnegara seorang diri dengan kendaraan pribadi.

Namun empat hari berselang, telepon seluler korban tak bisa dihubungi dan akhirnya dilaporkan ke polisi.

Usai mendapat laporkan orang hilang, polisi menangkap Tohari untuk diperiksa. Di situlah terbongkar kasus pembunuhan berantai tersebut.

Pengakuannya, belasan korban dikubur di tanah perkebunan miliknya.

Rumah Tohari alias Mbah Slamet.

Mengenai motif pembunuhan terhadap Paryanto, polisi berkata dilandasi oleh kemarahan karena pelaku terus ditagih uang hasil penggandaan uang oleh korban.

Pasalnya korban telah menyetorkan uang sebanyak Rp70 juta secara bertahap. Tohari menjanjikan bisa melipatgandakan uang itu menjadi Rp5 miliar.

"Tapi tidak pernah ada realisasinya," ujar Kapolres Banjarnegara Hendri Yulianto.

Bagaimana pelaku beraksi?

Kapolres Banjarnegara, Hendri Yulianto, menjelaskan Tohari mengajak para korbannya ke lokasi eksekusi jelang petang hari. Adapun ritual menggandakan uang dimulai pukul 19:30 WIB.

Ritual itu berlangsung di sebuah gubuk yang terbuat dari bambu dan kayu berukuran 2x3 meter. Di dalam, mereka berbincang-bincang. Beberapa jam kemudian, korban diberikan minuman yang telah diberi racun potasium.

Kira-kira lima menit, korbannya kehilangan kesadaran kemudian dikubur.

Lokasi kuburan para korban pun saling berdekatan. Ada beberapa liang diisi oleh dua jasad laki-laki dan perempuan yang diketahui pasangan suami istri.

Dari pengakuan pelaku, dia telah melakukan aksinya sejak tahun 2020.

Baca juga:

Dalam menjalankan aksinya itu, Tohari mengaku tidak dibantu siapapun.

Tangan kanan Tohari yakni pria berinisial BS hanya berperan untuk mempromosikan pelaku sebagai dukun yang bisa menggandakan uang dan membujuk korban.

Kalau berhasil, BS diberikan uang Rp5 juta sampai Rp10 juta.

Dalam kasus ini polisi telah menetapkan BS sebagai tersangka karena dianggap turut serta melakukan pembunuhan berencana.

Adapun Tohari dikenakan pasal berlapis yaitu penggelapan dan pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati.

Apa pengakuan istri tersangka Tohari?

Seneh, istri pelaku mengatakan tidak tahu apa-apa soal aksi penggandaan uang dilakukan suaminya selama ini.

Kendati ada saja tamu yang datang mencari suaminya.

"Saya kurang tahu [bapak seperti apa]. Kalau di rumah biasa saja," ujar Seneh.

"Banyak tamu berkunjung. Ngobrol sama bapak. Saya tidak tahu mereka [ngobrol apa]. Saya hanya membuatkan minuman. Setelah mereka ngobrol lalu pergi ke ruangan di depan rumah."

Ruangan yang dimaksud Seneh adalah bangunan kecil kira-kira berukuran 2x4 meter - yang biasa dipakai untuk ritual Tohari dengan para korbannya.

Tak ada apapun di dalam ruangan itu, kecuali karpet. Seneh pun dilarang masuk ke sana.

Saat pemeriksaan kasus ini, polisi menyita barang bukti berupa uang palsu berupa pecahan 100.000.

Sumber gambar, DETIK.COM

Kepala Desa Balun, Mahbudiono, berkata tidak terlalu mengenal sosok tersangka. Selain karena sering keluar desa, kesehariannya jarang bergaul dengan tetangga sekitar.

Warga juga tak menaruh curiga pada pelaku lantaran di desa ini tak pernah terjadi kasus apapun.

Padahal, Tohari merupakan bekas narapidana kasus uang palsu di Pekalongan pada 2019 silam.

Saat pemeriksaan kasus ini, polisi menyita barang bukti berupa uang palsu berupa pecahan Rp100.000.

Kini, dia dibawa ke Pekalongan untuk pendalaman kasus pembunuhan berencana.

Wartawan di Banyumas, Lilik Darmawan, turut berkontribusi dalam artikel ini.

Adblock test (Why?)



from "bagaimana" - Google Berita https://ift.tt/JNz2gf9
via IFTTT

from Cara Muncara https://ift.tt/k6Sbi3T
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apun Bahan Scheme Assam 2024: Eligibility, Required Documents and Application Process - PM Scheme Hub

[unable to retrieve full-text content] Apun Bahan Scheme Assam 2024: Eligibility, Required Documents and Application Process    PM Scheme Hub