- Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung, sudah berusia empat tahun. Satgas dibentuk sebagai upaya memulihkan sungai sepanjang 119 km yang membentang dari hulu di Kabupaten Bogor hingga pantai utara Jakarta. Satgas fokus menangani permasalahan di Ciliwung di Kota Bogor. Bagaimana capaian mereka setelah empat tahun?
- Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto ingin, siapa pun wali kotanya, satgas harus terus berjalan. Kalau Sungai Ciliwung bersih dari sampah, tidak ada warga yang membakar sampah, maka kualitas udara akan membaik.
- Denni Wismanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor mengatakan, satgas sangat membantu. Satgas, bukan hanya soal memungut sampah, tetapi berupaya mengedukasi dan mendampingi warga sekitar.
- Adi Saiman, pegiat Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung mengatakan, sistem tata kelola sungai dan sampah yang baik harus dibangun. Edukasi dan membangun sistem persampahan yang baik, harus berjalan beriringan.
Hari itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto bersama puluhan orang berkaos biru kumpul di lapangan dekat SDN Sempur Kaler, Kota Bogor. Pada 22 Agustus lalu itu, Bima Arya memberikan arahan singkat, berjalan beriringan menuju Lebak Pilar, tak jauh dari mereka berkumpul. Setiba di bantaran Sungai Ciliwung, satu per satu sampah mereka masukkan ke dalam karung.
“Hari ini kita memperingati empat tahun Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung. Alhamdulilah ini terus berjalan. Memilah sampah, membangun kebiasaan dan lain-lain. Kita enggak mau kendor, enggak mau berhenti,” katanya.
Dia ingin, siapa pun wali kotanya, satgas harus terus berjalan. “Saya sampai akhir masa jabatan akan betul-betul fokus terhadap Ciliwung dan isu lingkungan, kebersihan sampah dan lain-lain.” Acara ini juga untuk mendukung gerakan Birukan Langit Indonesia.
Kalau Sungai Ciliwung bersih dari sampah, katanya, tidak ada warga yang membakar sampah, maka kualitas udara akan membaik.
Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung, dibentuk sebagai upaya memulihkan sungai sepanjang 119 km yang membentang dari hulu di Kabupaten Bogor hingga pantai utara Jakarta. Satgas fokus menangani permasalahan di Ciliwung di Kota Bogor.
Bima menyebut, empat tahun satgas sudah melakukan berbagai hal, seperti edukasi kepada masyarakat di sekitar bantaran Ciliwung, pendampingan, mencari solusi membenahi tata kelola sungai dan lain-lain.
Capaian satgas paling jelas, kata Bima, adalah pengurangan timbunan sampah di sepanjang Ciliwung di Kota Bogor. Kualitas air jauh lebih jernih dibandingkan sebelumnya. Pun lebih banyak pihak mulai sadar akan pentingnya menjaga Ciliwung.
“Paling penting kultur warga sekarang lebih baik. Lebih banyak orang terlibat. Kalau dulu cuma segelintir orang, sekarang lebih banyak. Terutama aparat pemerintah,” katanya.
Sebelum ada satgas, katanya, banyak sekali titik timbunan sampah. Sekarang titik itu sudah jauh berkurang. Meskipun masih ada sampah, katanya, itu yang terbawa hanyut air sungai kala banjir. Dalam keadaan normal, titik timbunan sampah banyak hilang.
“Artinya bisa mengurangi risiko banjir di Jakarta. Mengurangi sampah yang mengalir sampai ke Jakarta.”
Dia mengklaim, Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung bisa mengurangi timbunan sampah plastik sebanyak 500 kilogram per hari. Sementara titik timbunan sampah di sepanjang Sungai Ciliwung, sudah berkurang 70%.
“Kita tetap akan anggarkan di APBD untuk satgas. Per tahun hampir dua Rp2 miliar. Kita lakukan penanganan khusus di titik-titik yang masih bermasalah. Ada pembangunan ecoriparian di Sukaresmi. Ada juga fokus membangun kampung-kampung tematik yang pengelolaan sampah menjadi lebih diperbaiki lagi.”
Denni Wismanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor mengatakan, satgas sangat membantu. Satgas, bukan hanya soal memungut sampah, tetapi berupaya mengedukasi dan mendampingi warga sekitar.
Adi Saiman, pegiat Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung mengatakan, yang mereka kerjakan sudah membuahkan hasil. Meski Adi tak menampik, masih banyak yang harus dikerjakan untuk memulihkan Sungai Ciliwung.
“Masih banyak hal-hal yang harus didorong lagi. Kalau kita lihat flash back empat tahun ke belakang, ya luar biasa perubahannya. Terutama ke perilaku warga di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung di Kota Bogor,” katanya.
Dulu, warga seolah menjadikan bantaran Sungai Ciliwung sebagai tempat pembuangan sampah. “Sekarang, alhamdulillah sudah berubah signifikan. Memang sampah masih ada. Tapi bisa dihitung sekarang dibandingkan dulu.”
Dia berharap, satgas tetap ada meskipun Walikota Bogor berganti karena upaya edukasi dan pendampingan warga harus berkelanjutan.
“Mengubah mindset masyarakat bantaran Ciliwung butuh waktu, harus dilakukan terus menerus.”
Sejalan dengan itu, katanya, sistem tata kelola sungai dan sampah yang baik harus dibangun. Edukasi dan membangun sistem persampahan yang baik, katanya, harus berjalan beriringan.
***
Sejak Agustus tahun lalu, Bogor menjadi kota pertama di Indonesia yang mendeklarasikan program Plastic Smart Cities (PSC). Gerakan global yang diinisiasi WWF ini, menurut Bima, sejalan dengan upaya memulihkan kondisi Sungai Ciliwung. Program PSC, bisa mendukung kegiatan satgas sekaligus upaya Pemerintah Bogor mengurangi timbunan sampah plastik di TPA Galuga.
Bima mengatakan, bentuk dukungan untuk menyukseskan PSC antara lain dengan menganggarkan dana untuk pendamping. Juga mengalokasikan lahan untuk mengolah sampah plastik terpadu.
“Ada aset kita alokasikan untuk PSC saat ini di Mekarwangi sekitar 500 meter persegi. Sedang kita siapkan juga di Bantarkemang.”
Adi juga bilang, kegiatan satgas dan PSC saling terkait erat.
“Ini kan membangun sistem juga tidak langsung. Dorogan PSC sangat membantu. Menyelesaikan masalah enggak bisa sendiri.”
*******
from "bagaimana" - Google Berita https://ift.tt/wuxTOIq
via IFTTT
from Cara Muncara https://ift.tt/Z7YoavB
via IFTTT