JAKARTA (RIAUPOS.CO) - PERDAGANGAN pertama 2023 di Bursa Efek Indonesia dibuka, Senin (2/1). Presiden Joko Widodo menyatakan, tahun lalu performa pasar modal RI terdapat tren positif.
''Di tengah ekonomi dunia yang kurang baik, nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia justru mencapai Rp9.499 triliun. Ini juga bukan sebuah angka yang kecil, angka yang besar di tengah turbulensi ekonomi global di 2022,'' ucapnya disela Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2023 di Jakarta kemarin.
Kepala Negara juga meyakini prospek pasar modal Indonesia masih sangat menjanjikan. Antara lain bisa dilihat dari investor yang didominasi oleh generasi muda. ''Investor di bawah 30 tahun mencapai 58,74 persen,'' ujarnya.
Pada perdagangan pertama, indeks harga saham gabungan (IHSG) hanya naik 0,36 poin saja di posisi 6.850,98. Sebanyak 292 saham naik, 244 saham turun, dan 167 saham stagnan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menambahkan, kinerja pasar modal Indonesia jauh lebih baik dibanding negara-negara di Eropa dan Asia. Sepanjang 2022, IHSG tumbuh 4,09 persen secara year-to-date (ytd). Begitu pula kapitalisasi pasar juga tumbuh 15,06 persen ytd menjadi Rp9.499 triliun atau 50 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia 2022.
Peningkatan kinerja IHSG juga diikuti dengan pertumbuhan jumlah investor ritel menjadi 10,30 juta single investor identification (SID). Jumlah tersebut meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam lima tahun terakhir. Investor domestik mendominasi sebanyak 55 persen dari total investor ritel.
Mahendra menyatakan, prioritas pasar modal Indonesia ke depan yaitu peningkatan integritas, akuntabilitas dan kredibilitas. ''Maka tidak ada istilah wait and see bagi investasi indonesia. It’s all about investment, investment, investment. Kita harus menguatkan itu dan kita dorong momentumnya,'' tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menuturkan, pada 2022, bursa saham global mengalami situasi yang sangat sulit. Hal itu membuat banyak investor global merugi.
Meski dihadapkan pada situasi global yang mencekam, nyatanya bursa saham RI tetap resilient. Mengutip Financial Times, indeks MSCI All Country World Index, pasar ekuitas negara maju dan berkembang telah kehilangan seperlima dari nilainya pada 2022. Penurunan itu tercatat menjadi yang terbesar sejak 2008. ''(Bursa saham RI) Menutup tahun 2022 dengan sangat resilient dengan tantangan yang sungguh tidak mudah, ini adalah bekal yang bagus untuk memasuki 2023,'' ujarnya.(lyn/han/dee/esi)
Laporan JPG, Jakarta
from "pasar" - Google Berita https://ift.tt/Zv5kxbs
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar